Jeritan
Kami diam bukan berarti bisu
Kami tunduk bukan berarti buta
Kami patuh bukan berarti budak
Tapi, kami menunggu masa
Selama ini jerit dan tangis ku
Tak pernah engkau peduli
Menahan perih dalam luka
Menahan tangis dalam sakit
Kami bukanlah keledai yang diikat hidungnya
Kami hanyalah hati yang lemah
Yang mudah merasa sakit dan kecewa
Sutradara
Aku tau Engkau punya sekenaroi untuk
Yang menentukan peran ku dalam suatu pentas
Aku berakting dengan penuh harap
Agar esok jauh lebih baik
Letih dan bosan, melanda diri ini
Aku bosan memainkan lakon ku
Yang tak pernah menemukan ketenaran
Andai aku dapat menjadi sutradara
Aku ingin mengatur lakon ku
Rotasi
Berjalan dan terus berjalan
Berputar berkeliling
Siang dan malam tiada bededa
Kau terus berputar
Hidupmu kau habiskan hanya untuk berputar
Tak jelas arah dan tujuannya
Terkadang engkau singgah hanya untuk
Memastikan dan berlalu tanpa kata
BOCAH
Saat si merah menghentikan si lincah
Engka berlari mencari peruntungan
Tak perduli akan api membakar kulit
Demi sesuap nasi hari ini
Suara-suara bocah yang lugu
Berbaur menjadi satu dalam hiruk pikuknya kota
Dari tempat satu ke tempat yang lain
Berulang alunan sumbang...
Meski dahaga mencekik leher...
Demi sesuap nasi untuk hari ini
Kasih ku
Kasih ku...
Saat diri ini terjatuh
Saat diri ini terluka
Saat diri ini tak berdaya
Hanya Engkau yang ada di dekat ku
Membelaiku..
Menenangkanku..
Membantuku untuk tetap tersenyum
Kasih ku..
Mengapa Engkau izinkan air mata ini membasahi pipi ku
Mengapa Engkau biarkan hati ini terluka
Mengapa Engkau biarkan diri ini tersakiti
Bukankah kau inginkan agar aku tetap di sisi Mu
Tetap menyabut nama Mu
Hingga Engkau membawa ku
Bukan Aku ?!
Bukan mau ku Inilah diri ku Hati ku
Bukan pinta ku Bukan diri mu Bukan hati ku
Menbuat mu Menjadi satu Rasa ku
Menjadi pilu Dalam sendu Bukan rasa ku
Maafkan aku
Yang salah pada mu
Hanya dapat berlalu
Tak maksud menyakiti mu
Bunuhlah aku
Jika itu mau mu
Yang mampu membalas dusta ku
Atas derita mu..
Rasa ku
Sunyi –Senyap
Haru –pilu
Tawa-tangis
Suka –duka
Perih-sakit
Manis-pahit
Emosi-amarah
Bahagia-tertawa
Sakit-terluka
Tangis-bersedih
Susah-derita
Hidup-mati
Cintaku Berakhir di Batas kota
Waktu berlalu terasa begitu cepat
Masih terasa kecupan mesra yang ia beri
Betapa hangat peluk kasih yang ku rasa
Betapa erat gengam tangan melepasnya
Di batas kota ini ku lepas dirimya
Hanya seucap kata sebagai tanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar